Tuesday, May 8, 2018

Kajian tentang Matematika: Objek Matematika

Tinjauan tentang Matematika
Kamus Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2008: 997) menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Menurut Jihad (2008: 23), matematika sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungan maka memerlukan penggunaan simbol-simbol formal untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-strukur. Simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan atau ide, dan matematika adalah suatu seni, dan keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.
Sujono (1988:4) mendefinisikan matematika sebagai berikut:
a.  Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik
b.  Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi
c.  Matematika membantu orang dalam menginterprestasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan
d.  Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan
e.  Matematika berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah-masalah tentang ruang dan bentuk
f.   Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruang.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Selain pengertian dari beberapa ahli tersebut, terdapat pula karakteristik matematika yang dikemukaan oleh Soedjadi (2000:13) yaitu matematika memiliki objek kajian yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya.
Karakteristik matematika menurut Heris (2014:3) sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik, yang diawali dengan proses induktif yang meliputi penyusunan konjektur, model matematika, analogi  dan generalisasi, melalui pengamatan terhadap sejumlah data. Karakteristik berikutnya, ditinjau dari segi susunan unsur-unsurnya, matematika dikenal pula sebagai ilmu yang tersetruktur dan sistematis dalam arti bagian-bagian matematika tersusun secara hierarkis dan terjalin  dalam hubungan fungsional yang erat.
Karakteristik matematika menurut Gagne (Suherman, 2001: 35) ada dua objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan objek-objek tak langsung. Objek-objek langsung dalam pembelajaran matematika meliputi fakta, konsep, operasi (skill) dan prinsip, sedangkan objek tak langsung dalam pembelajaran matematika dapat berupa kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, serta tahu bagaimana seharusnya belajar. Objek-objek langsung yang dikemukaan Gagne dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.  Fakta
Menurut Soedjadi (2000: 13) fakta matematika berupa konveksi-konveksi (perjanjian) yang diungkap dengan simbol-simbol tertentu. Fakta meliputi istilah (nama), notasi (lambang/simbol) dan lain-lain. Fakta dapat dipelajari dengan teknik yaitu menghafal, banyak latihan, peragaan dan sebagainya.
b.  Konsep
Suherman (2001: 36) yang dimaksud konsep dalam matematika yaitu suatu ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan noncontoh. Siswa harus membentuk konsep melalui pengalaman sebelumnya (prakonsepsi) diikuti latihan-latihan soal untuk memahami pengertian suatu konsep. Konsep dibangun dari definisi, seperti kalimat, simbol, atau rumus yang menunjukkan gejala sebagaimana yang dimaksud konsep.
c.  Skill (keterampilan)
Skill adalah kemampuan memberikan jawaban dengan cepat dan tepat (Suherman, 2001: 35). Skill juga dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau aturan yang digunakan untuk menyelesaikan soal-soal dalam jangka waktu tertentu dan benar.
d.  Prinsip
Menurut Soedjadi (2000: 15), prinsip merupakan objek matematika yang kompleks, dapat berupa gabungan beberapa konsep, beberapa fakta, yang dibentuk melalui operasi dan relasi. Prinsip dapat berupa aksioma/postulat, teorema, sifat dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan diantara konsep-konsep.
Secara umum matematika adalah ilmu yang mempelajari  tentang perhitungan, ukuran, bentuk, susunan, dan besaran serta hampir semua materi baik itu analisis, aljabar, dan geometri berhubungan dengan rumus. Matematika juga merupakan ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan, baik sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola pikir maupun pembentukan tingkah laku dan sikap anak, maka dari itu matematika harus dikuasai oleh seluruh siswa.

Heris. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Jakarta: Aditama
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika  (Tinjauan Teoritis dan Historis). Bandung: Multi Pressindo.
Suherman, Eman dan Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Depdikbud
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbud

Permasalahan Pendidikan Indonesia dan Alternatif Solusi

Tabel 2 Permasalahan Pendidikan Indonesia dan Alternatif Solusi
Aspek
Masalah
Alternatif Solusi
Pemerataan Akses Pendidikan
ü Perbedaan beberapa kebijakan sekolah antara sekolah negeri dan swasta, seperti dalam hal penerimaan siswa baru. Sekolah negeri mendapat batasan-batasan baik kuota maupun pembiayaan, sedangkan sekolah swasta kompetetif dalam hal pembiayaan.

ü Pemerataan batas kuota maksimal kelas dan daya tampung bagi tiap sekolah baik negeri maupun swasta,
ü Penetapan dan pengawasan batas awal PPDB untuk mengurangi pesan tempat
ü Penetapan dan pengawasan batas maksimal penarikan biaya sumbangan pendidikan, untuk mengurangi komersialisme pendidikan
ü Membentuk atau mengaktifkna Forum Pendidikan untuk Semua
ü Masih terdapat siswa yang tidak/belum mendapat kesempatan belajar yang sesuai dengan minatnya, seperti sekolah favorit telah didominasi oleh siswa pintar atau siswa yang kaya.
ü Mengurangi diferensiasi sekolah unggulan/ favorit/ dengan sekolah lain dengan pemerataan SNP, baik persebaran guru potensial, fasilitas belajar, dll
ü Mengaktifkan pertukaran pelajar dan guru antar sekolah
ü Mengaktifkan binaan PT dan swasta melalui CSR, dll untuk Program Magang pelajar dan guru di sekolah non unggulan

ü Masih terdapat siswa berkebutuhan khusus di SD yang belum mendapat pendampingan khusus di kelas karena keterbatasan guru
ü Menyediakan guru khusus konseling di SD karena guru kelas memiliki beban tugas mengajar dan membimbing yang banyak

ü Masih terdapat siswa putus sekolah karena biaya hidup tinggi
ü Mengefektifkan program saling bantu, subsidi silang antara siswa mampu dan tidak mampu
ü Mengefektifkan gerakan orang tua asuh

ü Masih terdapat siswa putus sekolah karena minat belajar
ü meningkatkan kesadaran pentingnya pendidikan melalui Program Bina Remaja, Program Bina Generasi Cerdas
Hasil Belajar Siswa
Keaktifan siswa yang kurang dalam proses pembelajaran karena kepercayaan diri yang kurang
ü Menciptakan situasi kelas yang menyenangkan, melalui pembelajaran aktif kolaboratif dan pemecahan masalah (Schunk, 2012) sehingga setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memecahkan masalah kelompok

ü Pelatihan berbasis proyek bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran yang kreatif bekerjasama dengan organisasi swasta, masyarakat, juga PT
Kemampuan berpikir kritis dan HOTs siswa yang kurang karena pendidikan keluarga kurang mendukung
ü Mengefektifkan penerapan pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah,
ü Mengaktifkan program parenting, program home visit untuk mendekatkan sekolah dengan keluarga
Pendidikan Karakter peserta didik
ü Terjadinya kekerasan siswa, perkelahian antar pelajar, akses konten pornografi, kesopanan yang luntur, dll
ü Mengintesifkan program Penguatan Pendidikan Karakter bekerjasama dengan pihak keluarga, melalui keteladanan dan pembudayaan di sekolah dan keluarga (Tim PPK, 2016)
ü Beberapa strategi pengembangan karakter adalah melalui keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, menciptakan suasanan yang kondusif, dan integrasi dan internalisasi (Hidayatullah, 2010:39)
ü Menciptakan kultur sekolah yang berkarakter sejak dini dalam perekrutan siswa berkarakter pada awal masuk dan tiap tahun ajaran baru melalui penciptaan Komitmen sekolah, Orangtua dan siswa
ü Pendidikan yang berwawasan demokratis, kepemimpinan, kebangsaan, kebudayaan, pengabdian (Tim Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1989: 125-127). Trilogi kepemimpinan : Ing ngarsa sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani (1989, h.135); Metode pendidikan yang berjiwa kekeluargaan berbasis kodrat alam dan kemerdekaan, yaitu metode among (1989, h. 135)
Kurikulum 2013
ü Kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik terpadu sehingga siswa juga kesulitan dalam memahami materi secara utuh
ü Kurangnya sarana buku, sumber belajar, media pembelajaran dan sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan K13
ü Kesulitan guru dalam menilai beberapa indikator sikap atau karakter siswa
ü  Kesulitan guru SD dalam memahami karakteristik siswa SD yang beragam
ü Mengintensifkan Program Binaan, program Magang Guru atau Tranfer Guru dari PT atau sekolah yang sudah terlatih untuk mendampingi sekolah yang baru menerapkan K13
ü Memberikan Pelatihan penggunaan dan pengembangan sumber dan media pembelajaran dari lingkungan belajar, budaya, atau dari benda yang ada di sekitar
ü Memberikan kemudahan akses internet kepada guru dan siswa untuk mengakses sumber belajar berbasis online, seperti buku elektronik





Referensi
Hidayatullah, Furqon. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka
Schunk, D. H. (2012). Learning theories: an educational perspective. USA: Pearson Education, Inc., publishing as Allyn & Bacon,
Tim PPK. (2016). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tim. (1989). Ki Hadjar Dewantara, dalam Pandangan Para Cantrik dan Mantriknya. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa


Monday, May 7, 2018

Pendidikan Bermutu Indonesia melalui Modal religius-historis-sosial-budaya

Pendidikan yang bermutu dicita-citakan oleh setiap negara termasuk Indonesia. Melalui modal yang ada, Indonesia memilik peluang besar untuk mampu memenuhi tujuan Pendidikan Nasional, diantaranya melalui potensi religius masyarakat, potensi historis, sosial, dan budaya.
1)   Modal religius
Pendiri bangsa Indonesia meletakkan konsep Ketuhanan sebagai prinsip utama, atau yang pertama untuk mendirikan suatau bangsa dan negara. Ini terletak pada Pembukaan UUD 1945, dan tercermin dalam dasar negara Pancasila, di mana sila pertama adalah : Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini sudah dipikirkan oleh para pendiri bangsa bahwa Indonesia memiliki masyarakat yang mengakui Tuhan, terbukti adanya agama Islam, Kristen, katolik Hindu, Budha, dan Kepercayaan. Indonesia menyadari bahwa kemerdekaan, adalah atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Maka untuk mengisi kemerdekaan, untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, mulai, sejahtera, adalah dengan bermodalkan spiritualisme, modal religius. Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME maka bangsa Indonesia meletakkan modal religius dalam melakukan Tujuan Negara, tujuan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan merupakan pintu strategis untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Dengan demikian modal religius menjadi landasan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia untuk membentuk karakter peserta didik dan lingkungan sekolah sebagai pribadi yang mulia dan beradab.
Program bermutu yang dapat dilakukan terkait potensi ini adalah, menempatkan sikap atau karakter religius sebagai visi yang pertama dalam setiap satuan pendidikan, baik tingkat dasar maupun perguruan tinggi. Dalam praktik, sarana ibadah penting menjadi bangunan utama sebagai fasilitas sekolah. Dalam program menyeluruh, Program full day school atau sekolah integral menjadi alternative yang solutif bagi keluarga yang menginginkan pendidikan berbasis intelektual dan religius bagi anaknya. Perbaikan mutu berbasis modal religius dapat dilakukan melalui penguatan kepribadian peserta didik melalui Internalisasi Pendidikan Karakter religius pada sebelum, saat, dan setelah Pembelajaran di kelas.

2)   Modal historis
Indonesia merdeka pada tahun 1945 setelah melalui perjuangan yang panjang setelah mengalami masa penjajahan oleh Belanda dan Jepang. Kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian karena harus dipertaruhkan dengan jiwa raga para pejuang kemedekaan, Bahkan setelah kemerdekaan pun, bangsa Belanda masih melakukan agresi militer, dan bangsa Indonesia kembali dapat mempertahankan kemerdekaan. Sudah banyak pengorbanan yang dirasakan bangsa Indonesia karena penjajahan, ekonomi, sosial, juga pendidikan. Pendidikan rakyat Indonesia menjadi ketinggalan karena terlalu lama berada pada kungkungan penjajahan yang sangat membatasi akses pendidikan rakyat pribumi
Dengan refleksi historis tersebut maka berperan untuk menyadarkan kepada bangsa Indonesia bahwa Pendidikan Bermutu harus senantiasa meletakkan semangat nasionalisme, semangat kemerdekaan, semangat perjuangan. Bahwa keberhasilan mencapai tujuan pendidikan harus dilalui melalui semangat tinggi, pantang menyerah, terus berjuang demi mencapai cita-cita.
Ini dapat dilakukan sebagai wujud untuk mengisi kemerdekaan, untuk membangun masyarakat yang beradab bermartabat, yang diakui dan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia. Dengan Modal historis maka Pendidikan bemutu akan membawa Karakter nasionalisme, cinta tanah air, semangat Pancasila sebagai cita-cita mulia menuju tercapainya tujuan nasional pendidikan dan mendorong untuk berprestasi di kancah Internasional. Program perbaikan mutu berbasis modal historis yang dapat dilakukan adalah Penguatan Pendidikan Karakter Nasionalisme pada setiap hari di sekolah, melalui Penggunaan nama-nama Pahlawan pada penamaan kelompok belajar, penyediaan museum atau galeri sejarah mini di sekolah yang menyediakan diorama atau gambar, buku, dan sumber sejarah kemerdekaan RI.

3)   Modal sosial
Indonesia disebut Nusantara, memiliki populasi penduduk yang besar, banyak pulau dan wilayah. Masyarakat dengan rasa persatuan dan kesatuan yang melekat di dalamnya. Dengan kekayaan wilayah, maritim, dan masyarakatnya atau disebut sebagai bangsa yang besar maka Indonesia senantiasa diperhitungkan oleh negara-negara lain. Ini karena secara logis Indonesia memiliki kekuatan besar untuk memajukan diri dengan menggerakkan modal sosial. Dengan kata lain, Indonesia kaya dengan potensi sosial masyarakat dengan kemajemukan pada sisi tingkat perekonomian, tingkat pendidikan, karakter bangsa, dll karena masyarakat Indonesia tersebar di perkotaan, pedesaan, pegunungan. Namun, di balik pluralistik tersebut juga memunculkan masalah sosial, seperti kemiskinan, pengangguran, pendidikan yang belum merata, dll. Jika tidak mampu diidentifikasi dengan baik, akar permasalahan dan solusinya maka modal sosial menjadi pemicu masalah bangsa. Untuk itu, pendidikan menjadi sarana strategis untuk mengatasi permasalahan bangsa. Dengan demikian, modal sosial berperan bermakna bahwa Indonesia memiliki masyarakat yang besar, artinya memiliki kekuatan dalam ragam dan karakteristik Sumber Daya Manusia yang dapat dimaksimalkan potensinya untuk mengembangkan Pendidikan yang Bermutu di Indonesia dalam berbagai aspek, baik ekonomi, politik, sosial, sains, maupun teknologi.
Implementasinya adalah, ragam kebijakan pendidikan baik nasional, daerah, maupun pada satuan pendidikan diharapkan dapat pro masyarakat, berpihak dengan karakteristik masyarakat, memanfaatkan potensi masyarakat yang plural, sebagai alat untuk mengembangkan mutu pembelajarn guru; sebagai wahana untuk mengembangkan potensi kreativitas dan produktivitas siswa untuk dapat bersaing dengan bangsa lain. Melalui Pendidikan Tinggi, dosen dapat ditingkatkan kontribusinya melalui riset-riset unggulan yang mampu mengkaji permasalahan di masyarakat, selanjutnya menerapkan ipteks untuk mengatasi permasalahan tersebut. Program kemitraan dalam pendidikan sangat penting guna meningkatkan aksesbilitas masyarakat dalam program pembangunan dan pendidikan. Program wajib belajar dapat diperluas dengan program bantuan dan kerjasama dengan pihak swasta. Sekolah melalui guru dapat mengkaji dan mengembangkan kompetensi pedagogik dan professional melalui upaya memahami karakteristik peserta didik yang beragam, mendorong kemapuan untuk memilih dan mengembangkan model dan metode pembelajaran konstruktivitik berbasis karakteristik lokal, berbasis permasalahan lokal untuk dapatnya disinergiskan dengan tujuan pembelajaran.

4)   Modal budaya
Kekayaan Indonesia dengan luasnya wilayah dan banyaknya pulau yang tersebar memunculkan kekayaaan ragam budaya, seperti adat, bahasa, agama, seni, upacara, kepercayaan, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Indonesia dengan budaya yang variatif, bahasa daerah yang unik dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar; 
Ini menjadi modal budaya, bermakna bahwa budaya menjadi identitas nasional bangsa Indonesia, menjadi kekayaan, keunggulan nasional yang harus dimanfaatkan secara optimal melalui penggalian, pengembangan, pewarisan, dan pelestarian untuk Program Pendidikan Bermutu, baik pendidikan dasar, menengah, maupun perguruan tinggiKarakteristik yang variatif dalam segi seni dan budaya dapat dimaksimalkan menjadi upaya peningkatan mutu pendidikan dalam aspek pembelajaran, pendidikan karakter, juga pembangunan daerah dan nasional. Ragam budaya dan tari dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kontekstual, yang relistik untuk mengembangkan potensi dan karakteristik peserta didik, meningkatkan kepercayaan diri, aktualisasi diri. Terlebih dengan pendidikan berbasis budaya maka capaian tujuan pendidikan akan efektif karena apa yang dipelajari peserta didik merupakan dunianya. Selain itu, pendidikan merupakan upaya untuk melestatikan budaya. Dengan demikian, budaya sebagai modal untuk Pendidikan Bermutu relevan dan strategis untuk terus dikembangkan dalam tataran teori dan praktis (inovasi pembelajaran) guna mendapatkan nilai guna yang sebesar-besranya bagi kesejahteraan manusia Indonesia

Sunday, May 6, 2018

Inovasi Pembelajaran, Peer Assisted Learning Strategy

ü  Peer Assisted Learning Strategies in Mathematics (PALS) adalah salah satu program yang dikenal dan diteliti dalam penddikan khusus. PALS dilaksanakan 2 atau 3 hari dalam waktu seminggu untuk melengkapi instruksional pembelajaran matematika di kelas. Program utama adalah tutor sebaya, di mana pelatihan sistematis  meliputi aspek perhitungan dan penerapan permasalahan matematika, dan memfasilitasinya dengan balikan terstruktur. Pendekatan yang dibangun adalah sejalan dengan kurikulum matematika dan standar isi Nashville, Tennessee (p. 5-6)

ü  Sesi PALS terdiri dari coaching (pelatihan/pembimbingan) dan independent practic (praktek mandiri). Selama coaching (pelatihan), siswa yang kuat/ pandai pada mata pelajaran matematika membimbing/melatih pada sesi pertama dalam menyelesaikan masalah pada siswa dengan kemampuan lemah, yang disebut “player” atau pemain. Peran diganti selama sesi tutoring sehingga masing-masing siswa berkesempatan untuk menjadi player dan coach. Pelatihan berupa pertanyaan terstruktur berupa lembaran sebagai petunjuk kerja untuk membimbing langkah-langkah pemecahan masalah algoritma. Bertindak sebagai “player”, menuliskan tiap jawaban, the coach menyediakan balikan dengan segera. Kekuatan utama PALS adalah lembar pertanyaan membantu para pembimbing mengklarifikasi miskonsepsi melalui penjelasan disesuaikan upaya menumbuhkan pemahaman konseptual (D. Fuchs et al., 1997) daripada menghafal proses matematika. Jadi, misalnya, ketika player  mengalami kesulitan menyelesaikan dua dan tiga digit  tambahan permasalahan dengan regrouping maka the coaches meminta seperangkat pertanyaan rekursif yang meminta player untuk menentukan bagaimana memulai memecahkan masalah, apakah akan berkumpul kembali, dan di mana untuk menulis angka. Pemain diperlukan untuk berpikir keras dengan menjelaskan setiap langkah dalam memecahkan masalah. The coaches berinteraksi dengan player dengan mengklarifikasi miskonsepsi dan memberikan umpan balik langsung secara akurat.

ü  Bagian kedua dari sesi PALS, praktek mandiri, dirancang untuk membantu siswa memantapkan materi baru dan mempraktikkan ketrampilan pengajaran dan konsep. Sesi akhir PALS adalah dengan menambah hadiah poin oleh guru. Siswa dengan poin terbanyak diidentifikasi dan mendapat tepukan tangan oleh teman sekelasnya.


ü  Kurikulum PALS menggunakan Curriculum-based measurement (CBM). Tes CBM diberikan tiap minggu.

ü Kerangka digunakan untuk mempelajari keberlanjutan diadaptasi dari sebuah sintesis penelitian terbaru oleh Gersten et al. (2000) dan dipresentasikan pada Gambar berikut


ü Pentingnya pemahaman konseptual guru muncul sebagai penekanan utama pada 1990-an. Kennedy (1997) untuk berlatih keterampilan dan konsep yang diajarkan sebelumnya.

ü Vaughn et al. (2000) menyimpulkan bahwa guru harus memiliki "pengetahuan yang mendalam tentang praktek" (hal. 169) sebagai lawan dangkal, pengetahuan prosedural jika mereka ingin mempertahankan penggunaan praktek itu. Banyak guru mulai dengan pemahaman prosedural yang ketat namun secara bertahap mengembangkan pemahaman konseptual dari waktu ke waktu (Hall & Hord, 2001).

Judul Artikel
The Sustained Use of  Research-Based Instructional Practice: A Case Study of Peer-Assisted Learning Strategies in Mathematics
Penulis
Scott Baker, Russell Gersten, Joseph A. Dimino and Rhonda Griffiths
Identitas Artikel
Remedial and special education, Vol 25 (1), January/ February, 2004, pp 5-25






Friday, May 4, 2018

Perspektif Filosofi Pendidikan: esensi, fungsi, dan tujuan pendidikan

Tabel 1. Perspektif Filosofi Pendidikan
Aliran Pendidikan
Esensi Pendidikan
Fungsi Pendidikan
Tujuan Pendidikan
Perenialisme
Tokohnya adalah Robert Hutchin yang humanisme Klasik dan Maritain yang teologis.
Menurut Hutchin, pendidikan ideal adalah berbasis intelektual, rasionalitas dan kebenaran universal.
Sedangkan Maritain berbasis pada kebenaran universal.
Filsafat pendidikan perenialisme secara khusus berkaitan dengan cita-cita, tujuan, dan akhir yang tak terbatas, Cuningham (dalam Gutek, 1974: 58). Fungsi sekolah bukan tempat pemikiran secara ekslusif (h. 59).
Fungsi pendidikan menurut Hutchin (Gutek, 1974) adalah sebagai lembaga untuk mengembangkan rasionalitas dan intelektualitas.  Fungsi pendidikan  menurut Maritain adalah menumbuhkan kemanusiaan, mewujudkan potensi manusia berdasarkan pandangan budaya dan agama
Menurut Hutchkins (Gutek, 1988: 273), pendidikan seharusnya ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan intelektualitas manusia
Tujuan universal pendidikan menurut Hutchin adalah kebenaran, membantu mengembangkan potensi intelektual dan spiritual anak, menanamkan etika, moral, estetika, dan berbagai apresiasi. Sedangkan menurut Maritain, tujuan pendidikan
adalah untuk mendidik manusia agar dapat mewujudkan potensi manusia
Esensialisme
Tokohnya adalah Morrison. Esensi pendidikan adalah nilai-nilai dan ketrampilan dasar (calistung, ilmu pengetahuan, dan seni). Penanaman nilai untuk membentuk manusia beradab.
Sedangkan ketrampilan dasar untuk kunci menguasai peradaban.
Fungsi pendidikan adalah sebagai pelestari dan pemertahanan nila-nilai dasar dan ketrampilan dari disiplin ilmu agar menjadi manusia yang beradab.
Pendidikan merupakan transmisi seni, ilmu pengetahuan, dan moral kepada peserta didik.
Menanamkan nilai-nilai esensial kepada peserta didik, yaitu sebagai nilai kearifan.
Pragmatisme John Dewey
Teori ini dipelopori oleh John Dewey. Esensi pendidikan adalah siswa hidup pada lingkungan alam dan sosial sehingga belajar ditandai oleh pengalaman bersama lingkungan serta belajar melalui praktik pemecahan masalah. Pendidikan berguna melalui tindakan
Fungsi pendidikan adalah membantu siswa mengenal, mengkonstruksi pengalaman belajar bersama lingkungannya
Tujuan pendidikan secara intrinsik untuk mengembangkan kecerdasan berupa pemecahan masalah dan tujuan ekstrinsik berupa kemampuan bekerjasama dalam aktivitas sosial
Progresivisme
Teori ini berdasarkan pengaruh dari John Dewey, Rousseau, Pestalozzi, dll/ esensi pendidikan adalah adanya Pengalaman, praktik, serta membebaskan diri anak dalam makna Pendidikan berpusat pada siswa

Membebaskan anak dari ikatan tradisi yang menekankan pembelajaran hapalan, bacaan pelajaran, dan buku
Mendidik individu berdasarkan pada minat dan kebutuhan siswa
Ki Hadjar Dewantara
Esensi pendidikan adalah humanis religius, berpusat pada anak, mentransfer pengetahuan dan nilai-nilai.

Pendidikan humanis, yaitu untuk memerdekakan manusia. Pendidikan sebagai kesempurnaan hidup
Tujuan pendidikan adalah memajukan budi pekerti, pikiran, dan tubuh
Driyarkara
Esensi pendidikan adalah belajar untuk hidup melalui keteladanan dan pembudayaan. Mengutamakan pendidikan keluarga
Fungsi pendidikan untuk mengembangkan manusia menjadi makhluk berakal dan memanusiakan manusia
Tujuan pendidikan adalah hominisasi dan humanisasi

Berdasarkan uraian di atas, manusia membutuhkan pendidikan setelah manusia mengenal hakekat sebagai manusia dengan segala potensinya, baik berupa akal, kehendak, juga perasaan. Manusia menyadari diri telah memiliki keterbatasan dalam memperoleh pengetahuan, juga dalam memperoleh kebenaran karena keterbatasan akal serta daya inderawi, dan kompleksitas objek. Melalui proses pendidikan maka Manusia ingin dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan segala potensi jasmani dan rohani tersebut sehingga membuat hidup lebih bermakna.

Referensi
Gutek, Gerald L. (1974). Philosophical Alternative in Education. USA: A Bell & Howell Company.
Gutek, Gerald L. (1988). Philosophical and ideological perspectives on education. New Jersey: Prentice Hall Inc.Ornstein, A. C., & Levine, D. U. (1985). An introduction to the foundations of education. Boston: Houghton Mifflin.

Kajian tentang Matematika: Objek Matematika

Tinjauan tentang Matematika Kamus Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2008: 997) menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bi...

Most Popular